Power can be defined as the ability to influence the behavior of others and resist unwanted influence in return. Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain dan menolak pengaruh yang tidak diinginkan. Definisi ini memberikan kita beberapa poin kunci untuk dipikirkan. Pertama, hanya karena seseorang dapat mempengaruhi orang lain bukan berarti orang tersebut akan sungguh-sungguh melakukan hal tersebut (proses mempengaruhi orang lain itu). Pada kenyataannya, di berbagai organisasi banyak pegawai yang tidak menyadari seberapa berpengaruhnya dia terhadap orang lain. Kedua, dalam hal mempengaruhi orang lain, kekuasaan dapat dilihat sebagai kemampuan untuk menolak pengaruh dari orang lain. Penolakan ini dapat berbentuk seperti adanya perselisihan pendapat, menolak melakukan perbuatan tertentu, membentuk kelompok organisasi yang berlawanan dengan organisasi tempat bekerja. Kadangkala pemimpin harus menolak pengaruh dari pimpinan lainnya dan melakukan apa yang terbaik untuk dilakukan di unit kerjanya sendiri. Kadangkala pula pemimpin harus menolak pengaruh dari pegawainya untuk menghindari menjadi “pemimpin yang penurut” ketika pegawai mencoba untuk memaksakan caranya sendiri. Secara khusus, terdapat lima tipe kekuasaan yang dapat dikelompokkan menjadi dua dimensi: (1) kekuasaan organisasi (Organizational Power), dan (2) kekuasaan pribadi (Personal Power). Tipe-tipe kekuasaan ini dapat digambarkan dalam Gambar dibawah ini:
Gambar Tipe-tipe Kekuasaan
- Kekuasaan Organisasi (Organizational Power). Ketiga tipe dari kekuasan organisasi terutama berasal dari posisi seseorang di dalam organisasi. Tipe-tipe kekuasaan ini dianggap lebih formal dibanding tipe-tipe kekuasaan lainnya. Kekuasaan sah (Legitimate Power) berasal dari posisi kewenangan seseorang di dalam organisasi dan kadangkala merujuk pada kewenangan formal. Orang dengan kekuasaan sah mempunyai nama jabatan tertentu, seperti istilah-istilah yang ada di bagan struktur organisasi. Kekuasaan penghargaan (Reward Power) timbul ketika seseorang mempunyai kontrol atas sumber daya atau penghargaan yang diinginkan oleh orang lain. Misalnya, manajer umumnya mempunyai kontrol atas kenaikan, evaluasi kinerja, penghargaan-penghargaan, tugas-tugas pekerjaan yang diinginkan, serta sumber daya-sumber daya yang mungkin diperlukan pegawai untuk bekerja lebih efektif. Orang-orang yang mempunyai kekuasaan penghargaan ini mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain dan apabila orang-orang yang dipengaruhi percaya, mereka akan mendapatkan penghargaan dengan melakukan pekerjaan sesuai yang diinginkan orang yang mempunyai kekuasaan penghargaan tersebut. Kekuasaan paksaan (Coercive Power) timbul ketika seseorang mempunyai kontrol atas hukuman dalam suatu organisasi. Kekuatan paksaan bekerja terutama berlandaskan pada prinsip rasa takut. Kekuatan ini timbul ketika seseorang percaya bahwa orang lain mempunyai kemampuan untuk menghukum dirinya dan akan menggunakan kekuasaan ini untuk menghukumnya sewaktu-waktu apabila dia merasa melakukan kesalahan. Misalnya, seseorang manajer mungkin mempunyai hak untuk memecat, menurunkan pangkat, menunda atau menurunkan gaji dari seorang pegawai. Kadang-kadang batasan seorang manajer untuk memaksakan hukuman diuraikan secara formal dalam suatu organisasi. Namun demikian, pada banyak instansi, manajer mempunyai sejumlah kelonggaran pertimbangan dalam hal ini. Kekuasaan paksaan umumnya dianggap sebagai bentuk kekuasaan yang buruk karena menimbulkan perasaan-perasaan negatif bagi yang mengalaminya.
- Kekuasaan Pribadi (Personal Power). Kekuasaan pribadi terdiri dari Kekuasaan keahlian (Expert Power) dan Kekuasaan rujukan (Referent Power). Kekuasaan keahlian (Expert Power) berasal dari keahlian, keterampilan, atau pengetahuan seseorang yang dibutuhkan oleh orang lainnya. Ketika seseorang mempunyai track record berupa kinerja yang tinggi, kemampuan untuk memecahkan masalah, atau pengetahuan tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas, orang tersebut cenderung mampu untuk mempengaruhi orang lain yang memerlukan keahliannya tersebut. Sedangkan kekuasaan rujukan timbul ketika seseorang berkeinginan untuk mengenali dan bekerja sama dengan orang tertentu. Keinginan ini umumnya timbul dari daya tarik, pengakuan, atau loyalitas terhadap individu tertentu.
Rangkuman Bab Power dari Buku Jason A. Colquitt, Jeffery A. Le Pine & Michael J. Wesson, Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace, (New York: McGraw Hill, 2009)
0 komentar:
Posting Komentar